Amazing Race Seru Bersama My Blue Bird - Saya ini pengguna angkutan umum sejati, paling sering naik angkot, atau bus kota. Tapi dalam keadaan tertentu saat diburu waktu dan tidak tahan dengan ngetemnya angkot atau banyak bawaan dan khawatir tiitk-titik air yang jatuh menderas membuat saya kuyup, naik motor atau angkutan umum jelas bukan pilihan saya.
Meski memang budget yang harus dikeluarkan lebih banyak daripada angkot misalnya, jelas naik taksi adalah pilihan aman. Membeli waktu juga kenyamanan yang kadang-kadang memang diperlukan.
My Blue Bird, aplikasi pemesanan taksi via gadget adalah salah satu pilihan yang bisa kita gunakan. Saat peluncuran aplikasi non tunai pada tanggal 4 Oktober 2016 di Bandung, bersama belasan blogger dan media di Bandung, saya menghadiri acara peluncurannya. Acara peluncuran ini bertempat di NuArt Sculpture Park - Setra Duta.
Setelah mengikuti Press Conference dan pembagian kelompok, saya bersama 4 teman lainnya (Bang Aswi, Nchie Hani, Sarrah Gita dan Evi Sri Rejeki) tergabung di kelompok Silver Bird. Dengan menumpang taksi yang dipesan melalui aplikasi dari galeri ini. Kami pergi menuju Taman Jomblo, yang menjadi posko pertama dan berakhir di posko 4 di Monumen Perjuangan a.k.a Monju yang berada di jalan Dipati Ukur. Makanya acara hari itu juga diberi judul Amazing Race My Blue Bird.
Setelah mengikuti Press Conference dan pembagian kelompok, saya bersama 4 teman lainnya (Bang Aswi, Nchie Hani, Sarrah Gita dan Evi Sri Rejeki) tergabung di kelompok Silver Bird. Dengan menumpang taksi yang dipesan melalui aplikasi dari galeri ini. Kami pergi menuju Taman Jomblo, yang menjadi posko pertama dan berakhir di posko 4 di Monumen Perjuangan a.k.a Monju yang berada di jalan Dipati Ukur. Makanya acara hari itu juga diberi judul Amazing Race My Blue Bird.
Saat start di Setra Duta itu sempat terjadi drama. Jadi ceritanya saat memesan aplikasi ini, nomor mobil taksi yang dipesan harus sesuai dengan nomor yang dikonfirmasi lewat aplikasi. Kalau plat nomor taksinya beda dengan yag tercantum di aplikasi, ya ga bisa. Ditambah sinyal di tab yang kami pegang eror melulu. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya berjodoh juga kami dengan taksi pesanan. Nomor taksinya sinkron! Setengah jam kemudian tim Silver Bird akhirnya meluncur menuju posko pertama.
Begitu sampai di lokasi posko pertama, setelah berfoto masing-masing dari kami mulai sibuk dengan gadgetnya. Setelah melirik ke kanan dan ke kiri, sepanjang trotoal yang disusuri, kami nyaris lebih banyak menundukkan kepala, sibuk update di instagram, twitter dan lapor via Whatsapp ke admin My Blue Bird. Sedangkan Bang Aswi dan Nchie yang jalan di depan sibuk membaca aturan main yaang harus kami ikuti. Syukurlah selama pejalanan dari pos ke pos itu kami selamat dengan sentosa, tanpa terantuk batu atau saat naik/turun trotoar. Mungkin pengguna jalan yang saat itu memerhatikan akan menganggap kami ini gadget freak yang keterlaluan :)
Selain memang tuntutan skenario yang mengharuskan kami membuat video di posko kedua (lapangan Gasibu), momen ini kami manfaatkan untuk menyalurkan kegokilan. Sok-sokan jadi gadis marathon, dengan adegan slow motion ;) Semoga ga dibilang lebay, ya.
Karena memang kami tercecer jauh sejak start, saat perpindahan dari satu pos ke pos lain tidak pernah bertemu dengan tim lainnya, bahkan hanya sekadar bayangan (((bayangan))) sekalipun. Semakin lama cuaca Bandung terasa semakin adem. Tidak sedikitpun ada kecurigaan kalau hari itu akan turun hujan. Yang ada kami sibuk gegayaan berpose seperti ketika di pos 2 (lapangan Gasibu) dan pos 3 ketika mengambil patung-patung replika dinosaurus yang sudah punah itu.
Pose-pose di depan Om Dino |
Daaaan akhirnya kami pun basah!
Iya, nih kami akhirnya basah kuyup saat sampai di pos terakhir, Monumen Perjuangan a.k.a Monju, kawasan Dipati Ukur. Cuma Sarrah Gita aja yang waktu itu membawa payung, jelas ga cukup untuk menaungi kami berempat. Bang Aswi ga dihitung, ya ^_^
Walhasil, kami ikhlas dan rela berbasah-basah ria demi mengabadikan momen di posko terakhir. Standing banner yang tertiup angin, baju yang basah dan berusaha melindungi gadget dari limpahan hujan yang semakin deras. Still, we have fun. Nih liat pose ala-ala kami saat di pos terakhir. Basah oleh hujan bukan alasan buat bergaya seperti ini.
Walhasil, kami ikhlas dan rela berbasah-basah ria demi mengabadikan momen di posko terakhir. Standing banner yang tertiup angin, baju yang basah dan berusaha melindungi gadget dari limpahan hujan yang semakin deras. Still, we have fun. Nih liat pose ala-ala kami saat di pos terakhir. Basah oleh hujan bukan alasan buat bergaya seperti ini.
Tadinya kami pikir drama hari itu akan berakhir saat hujan-hujanan dari Monju. Ternyata, masih ada skenario lainnya yaang harus kami lalui dengan gelak tawa, menertawai diri kami sendiri.
Setelah berjalan beberapa meter dari area Monju, kami menunggu taksi yang akan dipesan di depan jalan Haur Pancuh. Kalau kalian pernah atau sering lewat jalan ini pasti familiar, deh. Waktu melirik jam, sudah dipastikan 5 tim sebelumnya sudah sampai finish. Karena lapar yang semakin melilit, sambil menunggu taksi yang akan datang, kami melipir dulu beli gorengan.
Setelah berjalan beberapa meter dari area Monju, kami menunggu taksi yang akan dipesan di depan jalan Haur Pancuh. Kalau kalian pernah atau sering lewat jalan ini pasti familiar, deh. Waktu melirik jam, sudah dipastikan 5 tim sebelumnya sudah sampai finish. Karena lapar yang semakin melilit, sambil menunggu taksi yang akan datang, kami melipir dulu beli gorengan.
Nah, ketika asik mengunyah gorengan itu lah, drama berikutnya terjadi. Taksi yang kami pesan malah lurus terus. Padahal harusnya menikung ke kiri, di mana kami berlima yang menunggu kedinginan bercampur lapar tengah menunggu. Setelah ditelepon, akhirnya sekitar 15 menit kemudian, taksi pesanan kami datang menghampiri.
Harusnya kami langsung cus begitu menyodorkan dua digit yang jadi password agar meteran khusus yang terpasang di sisi kanan kemudi pak sopir itu bisa memproses. Tapi dasar pak sopirnya yang gugup, membuat kami harus menunggu sambil tertawa geli. Komunikasi yang belibet antara radio panggil dan ponsel yanng dilakukan si bapak membuat kami terbahak, melupakan rasa lapar yang semakin meringkus. Maklum lah, karakter orang Indonesia, sebanyak apapun ngemil kalau belum makan nasi yaaa, laparnya ga tuntas :)
Ditengah-tengah kenervous-annya itu Pak sopirnya cerita berbau curhat. "Ya atuh neng, bapak teh kan udah tua. Jadi maklum aja kalau masih bingung gini." Tak ayal lagi, momen itu kami abadikan untuk wefie. Iya tentu saja beliau masuk frame kami. Dasar oces, alias gokil. Saat berpose itu si bapak masih bisa pasang ekspresi lucunya.
"Bapak juga cengos, atuh. Ini mah cuma gugup aja," selorohnya yang membuat kami tertawa lagi. Ya udah lah, pak. Yang penting aplikasinya jalan dan kami pun sampai finish meski jadi tim paling bontot :)
"Bapak juga cengos, atuh. Ini mah cuma gugup aja," selorohnya yang membuat kami tertawa lagi. Ya udah lah, pak. Yang penting aplikasinya jalan dan kami pun sampai finish meski jadi tim paling bontot :)
Ngomong-ngomong soal aplikasi My Blue Bird ini, selain pembayaran secara tunai, kita juga bisa membayar tarif yang harus dibayar dengan cara lainnya. Untuk penumpang pribadi atau umum bisa menggunakan fitur pembayaran non tunai via kartu debit Mandiri atau kredit (BNI atau Master Card) plus diskon Rp. 20.000,00 untuk 5 kali perjalanan. Lumayan banget, kan? Saat ini promosinya baru berlaku di kota Jakarta, Surabaya, Bandung dan Bali. Kota-kota lainnya gimana, Fi? Tenang, bakalaan segera menyusul, kok.
Kalau untuk corporate alias perusahaan difasilitasi oleh fitur e-voucher, untuk para pengguna Blue Bird juga nantinya Untuk pelanggan umum mendapatkan kemudahan pembayaran non tunai lewat fitur Easy Ride. Yang satu ini belum hadir tapi akan segera diluncurkkan untuk memberikan pengalaman terbaik bagi semua pelanggan taksi Blue Bird.
Seperti yang disampaikan oleh Sigit P. Djokosoetono, selaku direkturnya PT Blu Bird Tbk, adanya fitur pembayaran non tunai merupakan respon dari feedback pelanggan yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan saat menggunakan jasa taksi Blu Bird. Untuk keamanan dan kenyamanan pula, penggunaan fitur non tunai ini juga dilengkapi dengan fasilitas berupa passcode. So, kita tidak perlu cemas akun non tunai ini akan disalahgunakan oleh orang lain.
Sekarang giliran kalian untuk menjajal aplikassi My Blue Bird ini, ya.
Wahwah. Seru banget bacanya. Kebayang keriaan hari itu Teh Efi. Saya sendiri audah jarang euy pake aplikasinya. Palingan cegat di jalan. Hehehehe.
ReplyDeleteKapan lagi coba pa lagi ngenes gitu bisa ketawa ketiwi? :D Saya juga kalau pake taksi seringnya nyegat gitu sih, Mas Dani.
DeleteSeru banget keknya mba :) ditambah hujan2an menambah keseruan :p
ReplyDeleteIya, sesekali hujan-hujananan seru juga, Mbak. Ada temen juga sih, itu yang bikin seru hehe
DeleteWhoaaa... Seru banget ya, teh acaranya. Kelompoknya juga heboh-heboh. Bapak drivernya sampe salting. hehehehe.
ReplyDeleteHahaha kita heboh gitu aja si bapaknya masih bisa salting. Kalau kitanya bete kasian si bapaknya, Zia.
Deleteseruuu banget sih, jadi menyesal gak bisa ikut
ReplyDeleteHuhuhu iya, nih. Sayang ya Tian belum bisa ikutan.
DeleteEuuh eta meuni keren Bang Aswi dikelilingi mojang mojang Bandung. Keren lah..saya lihat foto2nya di insta Bang Aswi. Btw, itu Monju mah daerah jajahan...sebelahnya kampus aku dulu...
ReplyDeleteKayak raja minyak aja, ya, Mbak hahaha. Dulunya anak UNPAD ya, mbak?
Delete