Tiba-tiba
saja kaki dan tangan saya terasa
gatal. Padahal baru saja mandi. Digigit
nyamuk? Bukan. Udara pagi ini juga enggak dingin-dingin amat. Hmmm,
alarm di otak saya langsung
menyala. Saya alergi. Salah makan, nih!
Bukan
alergi seafood yang katanya banyak dituding jadi pemicu alergi.
Iya sih, memang seafood
semacam udang bisa
bikin tubuh kita jadi alergi. Ada
banyak jenis makanan yang
bikin kita jadi alergi dan
ternyata alergi itu berhubungan dengan
antiaging.
Kita adalah korban
iklan
What?
Antiaging? Bukannya antiaging itu kayak
iklan di tv-tv itu, ya? Flek hitam,
kerutan di sudut mata atau kantung
mata dan tanda-tanda lainnya?
Ah
ternyata kita sudah jadi korban iklan kalau mengindentikan
soal antiaging dengan tanda-tanda itu.
Iya sih, itu salah satunya, dari sisi
estetisnya. Tapi ada yang lebih penting
yang harus kita perhatikan soal antiaging ini, yaitu perawatan tubuh dari dalam. Mulai dari pola makan
sampai gaya hidup.
Padahal
terapan antiaging ini dihitung sejak
usia 0 tahun, lho. Sederhananya, antiaging itu adalah hidup yang
mencapai kesehatan di atas standar. Mencegah kebiasaan hidup dan
lingkungan yang bisa merusak kesehatan.
Dengan antiaging ini
kita bisa punya tubuh sehat,
bebas dari penyakit degenaratif semacam
gula darah, jantung, kolestrol dan sebagainya. Bisa
kok punya tubuh
80 tahun tapi tetap bugar dan sehat
seperti usia 30an. Eh tapi yang
usia 30an aja udah banyak yang bermasalah. Kayak saya. Duh,
ampun, deh.
Sebelumnya
saya pernah cerita soal antiaging pada 2 posting lainnya beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk ketemu langsung dengan dr David,
ownernya DF Clinic. Jadi saya lebih
puas nanya dengan dokter
yang memang interestnya soal
antiaging ini.
Antiaging Dikarenakan Adiksi
Waktu bertemu dengan dr Sherley saya
disarankan buat berhenti makan
yang pedes-pedes. Saya mencoba nurut dan lumayan, banyak jerawat yang
kempis. Meski begitu, ternyata
saya masih punya masalah alergi
lainnya. Kalau mau lebih akurat
sih mending ngambil tes alergi
aja. Sebelumnya saya sempat bingung soal budgetnya hihihi... iya 3 juta, gitu, lho. Tapi ternyata saya
bisa mencoba Bio-E. Soal budget, cincailah. Jauh lebih murah dengan kisaran harga sekitar
150 – 200 ribu. Hmm, worthed, kok dan yang menyelenggarakan tes ini dokter
juga.
Bio E test adalah alternatif pemeriksaan alergi dengan harga terjangkau dengan cara melihat efek resonansi biologis badan kita terhadap makanan yang di paparkan. Test ini sangat sensitif namun sayangnya tidak membedakan reaktif ringan dan reaktif kuat. Sehingga pasien harus mencoba mencari tau sendiri mana yang harus dipantang ketat dan dikurangi.Dari semua tes hanya membantu mencari mana yang alergi. Tapi tidak menjelaskan mana yang reaksi alerginya.Setelah tau mana yang alergi, dicoba hindari semua. Lakukan tes satu persatu selama seminggu. Cari tau makanan yang menyebabkan reaksi. Tidak semua alergi reaksinya sama.
-sumber: Grup FB sembuh autoimun
Nah
ngomongin soal alergi, meski saya
positif dan yakin alergi sama
yang pedas setelah mencoba diet
cabe-cabean beberapa waktu lalu, tidak selalu
semua makanan yang pedas bikin
alergi. Bisa jadi saya alergi sama cengek dan cabe merah, tapi baik-baik saja dengan paprika,
misalnya. Kalau mau hasil yang lebih meyakinkan, ya harus
pake blood test atau Bio
E-test.
Diet dan Hormon Melatonin
Ada
beberapa tanda yang bisa kita kenali kalau sebenarnya kita
punya masalah dengan alergi. Cuma
karena tubuh kita udah addict,
jadinya gagal untuk mengenal alergi (adiksi) dan ga
merasa ada masalah. Misalnya saja
nih ada lingar hitam di mata. Halah, ini mah masalah saya. Emang sih penyakit saya suka begadang, tapi dari kacamata dr David masalah saya bukan
soal begadang aja. Ada
alergi dengan tubuh saya dan itu tadi,
tubuh saya bereaksi dan memberi
warning dengan tanda seperti ini.
Cara sembuhnya? Saya kudu diet. Diet bukan ngecilin tubuh lho. Diet ga selalu
identik dengan progrm ngurusin badan. Lah yang badannya subur juga bukan kelebihan gizi. Tapi kekurangan
gizi. Badannya jadi bongsor itu karena
tubuhnya numpuk kalori.
Ya namanya
hukum alam, yang kuat yang survive. Pilihannya saya mau melawan dengan menjalani diet atau menyerah. Saya pengen sehat, makanya ga mau nyerah. Selain
berhenti makan yang pedas-pedas, saya
harus memperbanyak makanan
yang sehat (tidak digoreng), berhenti
makanan lainnya, banyakin sayur dan
buah-buahan yang bervariasi,
cepat tidur dan mematikan lampu
waktu tidur dan mengubah kebiasaan lainnya. Dulu sih suka
malas, tapi demi sehat, sekarang saya
udah bisa tidur dengan kondisi lampu
yang mati. Iya, balik lagi sama
niat, ya apa-apa juga. Kita yang milih kita
yang nanggung risiko.
Selain emang menghemat pemakaian listrik (halah, iya atuh), tidur dengan lampu dimatikan itu
sangat mendukung produksi hormon melatonin di dalam tubuh. Hormon melatonin ini tidak bisa bekerja.,meski
mata kita merem, tapi masih tidur dalam ruangan
yang terkena sinar (biarpun dikit aja). Makanya
kalau tidur dengan lampu 5 watt, misalnya posisinya
harus membelakangi kita. Eh kebayang
kan, kayak gimana posisinya?
Kalau serius menjalani diet
ini,bukan hanya tubuh yang sehat
dan bugar, kulit yang sehat, bersih dan
kenyal sebagai bonusnya
bisa kita dapatkan. Setelah
menjalani Bio-E test, saat kita
berobat di DF Klinik kita akan mengikuti Terapi Disbiosis. Apa itu
terapi Disbiosis, kecukupan gizi, dan pola makan sehat yang disarankan dr David sampai soal autoimun saya lanjutin di tulisan
berikutnya, ya.
Murah banget tes alerginya ya Mak :)
ReplyDeleteIya, Mbak. Murah segitu mah. Dibanding tes lainnya yang berjuta-juta.
Deletesaya juga kalau tidur lampu harus mati,jadi dapet cahanya dari lampu luar hehe
ReplyDeleteIya, ga gelap-gelap amat sebenarnya. Soalnya dari jendela kamar mantul cahaya lampu daari rumah tetangga, mbak.
Deleteboleh juga nih tipsnya
ReplyDeleteYuk praktikin. Biar sehat :)
Deletefi..tulisane beda-beda fontnya...
ReplyDeleteaku kalau malem matiin lampu emang seh.. *tarik2 kulit muka biar kenceng *atau malah kendur :P
Iya, nih Cha. Abis ganti template. Mau diberesin biar sama fontnya :)
DeleteIya, nih Cha. Abis ganti template. Mau diberesin biar sama fontnya :)
Delete