Friday, 11 January 2013

Habibie Ainun the Movie

Habibie Ainun? Siapa yang tidak terbius dengan film ini? Pertama kali lihat baliho film ini di awal Desember di halaman SMA 2 Bandung, jalan Cihampelas.

Dalam hati, aku langsung niat buat nonton film ini. Begitu film ini rilis di akhir Desember, peminatnya luar biasa, antriannya mengular. Bayangkan, buat nonton film yang tayang jam 15 saja harus rela mengantri sejak jam 12. Saya putuskan menunda sampai antriannya sedikit mereda, dan baru hari ini kesampaian. Antriannya sudah lumayan ga seheboh hari-hari sebelumnya  hehehe.

Nah, Film ini dimulai ketika seorang guru yang kesal karena tidak ada yang bisa menjawab dengan benar hingga akhirnya beliau mencari Ainun. Ainun yang cantik dan cerdas lalu menjawab pertanyaan guru, mengapa langit berwarna biru? Dengan cerdas, Ainun lalu menjawab seperti ini :

"Cahaya dan warna adalah gelombang. Masing-masing warna menyerap dan memantulkan panjang gelombang tertentu. Ada yang gelombang panjang dan ada yang gelombang pendek. Atmosfer langit bumi menghamburkan panjang gelombang pendek. Warna biru adalah gelombang pendek dalam spektrum cahaya. Oleh karena itu, langit akan tampak berwarna biru"


Jawaban Ainun ini kemudian ditimpali dengan ramalan gurunya yang mengatakan bahwa Ainun dan Habibie akan berjodoh. Habibie yang saat itu masih gengsi malah menanggapi tantangan temannya untuk 'ngatain' Ainun hitam, jelek seperti gula Jawa. Ainun jelas dibuat terbengong-bengong dengan ucapan Habibie itu.



"Kalian marahan, ya?" tanya teman Ainun.



Ainun cuma tersenyum menggeleng. 

Adegan lalu berputar beberapa tahun kemudian saat Habibie dewasa sedang di Jerman. Saat itu, Habibie yang akan mempresentasikan proyeknya tiba-tiba jatuh dan harus dirawat di rumah sakit. Dalam keadaan sakit ini, Habibie menunjukan nasionalismenya,  Sambil menahan sakit, Habibie menulis janji dalam selembar surat diiringi tetesan air matanya.

Kurang lebih isi suratnya seperti ini : 

Terlentang! Jatuh! Perih! Kesal!
Ibu pertiwi, Engkau pegangan dalam perjalanan.
Janji pusaka dan Sakti.
Tanah tumpah darahku makmur dan suci
Hancur badan tetap berjalan
Jiwa besar dan suci membawa aku padamu

Habibie membuktikan janjinya ini kemudian dengan melamar ke tanah air beberapa tahun kemudian. Nah, sebelumnya saya ceritakan kejadian lucu saat Habibie bertemu kembali Ainun di tanah air ya.

Saat itu, menjelang Idul Fitri, Habibie bersama saudaranya disuruh orang tuanya untuk mengunjungi orang tua Ainun di kawasan Ranggamalela. Awalnya, Habibie menolak untuk masuk, tapi bosan menunggu akhirnya Habibie menyusul ke dalam. DI dalam rumah inilah, Habibie terpesona melihat sosok Ainun yang cantik, "gula jawa sudah berubah jadi gula pasir," selorohnya tidak bisa menahan kekaguman.

Chemistry di antara keduanya langsung 'nyetrum'. Habibie yang datang kembali ke rumah Ainun dengan menumpang becak cuma cuek saja saat menanggapi pertanyaan seorang pelayan yang menanyakan di mana mobilnya. Beberapa pesaing Habibie cuma melongo saat Habibie datang disambut ayah Ainun. Sementara Ainun dan Habibie pergi, ayah Ainun dengan santainya menyuruh kembali ke-empat pesaing itu untuk duduk kembali. Aku tertawa ngakak pas liat adegan ini.  
Di lain waktu, Habibie yang dipanggil Rudi mengatakan,  "Mau ganteng atau tidak, kalau hatinya tidak satu frekuensi, bagaimana?"

Singkat cerita, Habibie dan Ainun akhirnya meningah dengan prosesi adat jawa. Ainun pun akhirnya diboyong Habibie ke Jerman. Dalam pesawat yang sedang mengudara itu, Habibie berjanji untuk membuatkan truk terbang yang aman untuk Ainun. 

Ada adegan yang mengharukan di sini. Saat itu, keduanya sudah tinggal di Jerman, di sebuah apartemen yang mungil. Satu malam, salju turun dengan lebatnya. Sementara Ainun yang tengah menunggu kedatangan suaminya sambil memasak sup. Sementara itu, Habibie termangu saat memeriksa isi dompetnya tidak cukup untuk membeli tiket kereta. Habibie lantas memutuskan pulang ke apartemen dengan berjalan kaki. Untuk melindungi kakinya, Habibie melipat kertas dari tasnya untuk mengganjal sepatunya yang sudah bolong.

Tiba di rumah, Ainun dibuat tercekat saat mengetahui kaki suaminya lecet-lecet. Ia segera mengambil air hangat untuk membasuh lukanya. Sementara itu, Habibie bertanya, "kamu masak apa?"
"Masak sup, tapi kelewat matang," lirih Ainun dengan nada menyesal.
"Kamu rebus stetoskopmu pun akan kumakan," kata Habibie menghibur Ainun sambil bercanda.

Dalam satu waktu, saat Ainun ingin pulang ke tanah air karena tidak ingin membebani Habibie, Habibie berusaha menguatkan Ainun untuk bertahan bersama di Jerman. "Kita ini seperti gerbong kereta yang ada dalam terowongan yang gelap. Tapi setiap terowongan itu ada akhir, ada cahaya. Aku berjanji untuk membawamu ke sana."

Nah, Habibie membuktikan janjinya untuk mengabdi di tanah air dengan mengirimkan surat ke Korps (duh lupa heheheh), meski akhirnya ditolak, akhirnya Habibie kembali mendapat panggilan saat era Suharto memimpin Indonesia.

"Kenapa kamu tidak pulang? Kamu mau buat apa? Kereta? Pesawat?  Kita siapkan semuanya untuk kamu," tantang seorang utusan dari kedutaan kepada Habibie. Habibie menyambut tawaran ini meski untuk sementara harus berpisah dengan Ainun yang menjadi dokter anak di Archan.

Ditengah kerinduannya, Ainun menekan perasaan itu dengan mengungkapkan penyesalannya sambil memainkan mainan anak-anak di tangannya. "Aku ini dokter anak, tapi anak sendiri tidak bisa terurus." Nah, sisi kebapak-annya muncul di sini. Habibie tidak berpikir picik yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab mengurus anak kepada istrinya seorang diri.
"Maafkan aku yang tidak bisa membantumu mengurus anak-anak," kata Habibie saat Ainun mengabari Thariq yang sedang sakit. 

Habibie, selain cerdas juga punya idealisme tinggi. Berkali-kali bujukan dan suapan yang ditawarkan ditolaknya mentah-mentah, bahkan ketika seorang perempuan cantik dan seksi datang menggoda, Habibie malah asik dengan catatannya, tidak peduli sama sekali. Yang ada malah stafnya yang panik melihat ulah tamu yang aneh itu dan segera menyeretnya keluar.
"Saya kembali ke tanah air bukan untuk uang.  Royalti saya dari sana sudah cukup untuk makan. Kalau kamu mau ikut proyek, kamu bisa ikut tender," tolak Habibie untuk kesekian kali.

Ainun yang mendengar kabar wanita penggoda mengkonfirmasinya dengan bijak, “katanya ada yang kedatangan tamu cantik, ya?”
Hmmm... perlu kepala yang dingin dan hati tenang ya saat badai cemburu mengusik? Ga mudah lho bisa bersikap setenang ini.


Tahun 1995, akhirnya Habibie berhasil merampungkan pesawat  anak negeri, N250 - memenuhi janjinya 32 tahun yang lalu kepada Ainun - dan berhasil dalam uji coba yang disaksikan oleh presiden Soeharto. Karir Habibie terus menanjak hingga ia diangkat menjadi wakil presiden dan lantas diangkat menjadi Presiden usai reformasi di bulan Mei 1998.

Habibie seorang ilmuwan yang juga negarawan mencurahkan banyak waktunya untuk memikirkan negara, hal ini membuat Ainun jengkel saat memintanya tidur. Habibie yang tengah memikirkan solusi mengatasi konflik di Timur Tengah tidak mengindahkan teguran Ainun untuk segera tidur. 

"Kamu tidak akan bisa memimpin negera ini dengan 180 juta badan, sementara kamu tidak bisa memimpin badan kamu sendiri, istirahatlah" ujar Ainun setelah membukakan pintu. Habibie mengangguk, menyerah dan menyanggupi permintaan Ainun. Ainun lantas mendesah lirih, "Kamu itu orang paling keras kepala dan paling sulit yang pernah aku kenal. Tapi jika aku harus mengulang hidupku, aku akan tetap memilih kamu."

Usai referendum di Timor Timur, Habibie memutuskan untuk tidak mencalonkan diri dalam pemilihan Presiden. Keputusan Habibie ini disambut riang oleh Ainun. Keduanya lalu kembali ke Jerman untuk berbulan madu. Habibie yang sudah lama kembali ke tanah air tetap mendapat apresiasi dari warga Jerman. Saat waktu makan tiba, seorang pelayan restoran menyapa Habibie dan Ainun untuk mampir. 

Kembali ke  tanah air, Ainun tidak bisa menyembunyikan kondisi kesehatannya. Fisiknya ngedrop, serangkaian pemeriksaan menunjukkan Ainun dalam kondisi gawat. Habibie yang panik segera membawa Ainun untuk berobat ke Jerman. Lagi-lagi Ainun menunjukan rasa cintanya pada Habibie. Disela-sela persiapan pengobatannya ke Jerman, Ainun masih sempat untuk membuat daftar  obat yang harus diminum oleh suaminya itu.

Habibie tidak mau menyerah saat sahabat Ainun membujuknya untuk berhenti mengobati Ainun. "Kasihan Ainun, dia sangat menderita. Biarkan dia beristirahat." 

Habibie menggeleng, menolak untuk menyerah, ia ingin membayar pengorbanan Ainun yang merelakan banyak waktunya. "Ainun itu wanita yang kuat." 
"Ainun tidak pernah merasa berkorban untukmu, ia sudah iklhas sejak memilihmu," sanggah sahabatnya itu. 

Ainun memang  kuat, bahkan saat hendak shalat pun Habibie harus membujuknya unuk shalat dalam keadaan terlentang. "Allah sudah memberi keringanan."

Di saat-saaat kritis, Habibie akhirnya bisa menemui Ainun yang terlentang lemah. Beberapa pertanyaan Habibie yang mengkhawatirkan Ainun dijawab dengan gelengan lemah.Lantas saat Habibie bertanya, "Kamu mengkhawatirkan saya?"

Ainun mengangguk. Adegan yang menyentuh ya. Diiringi air mata, akhirnya Habibie mengikhlaskan kepergian Ainun.Di akhir film, muncul adegan saat Habibie yang asli berziarah ke makan Ainun. 

Secara keseluruhan, banyak pesan moral yang tersirat dalam film ini. Tentang cinta, semangat pantang menyerah, pengabdian dan nasionalisme (ditengah-tengah maraknya para jenius dari negeri ini yang hengkang ke luar negeri dengan banyak alasan), kejujuran, kepercayaan diri dan banyak lagi. Bakal banyak sekali  "quote-quote" menyentuh yang bisa kita kutip. Secara pribadi, aku suka kostum yang dipakai BCL saat Habibie pertama kali datang ke rumahnya, sederhana tapi anggun. Pengen deh niru modelnya dengan lengan yang panjang tentunya. 

Meski demikian, ada beberapa  bagaian yang sedikit mengganggu. Habibie yang diperankan oleh Reza Rahadian tidak terlihat banyak berubah di usianya yang sudah cukup tua, cuma sedikit agak bungkuk dan beruban. Sementara Ainun yang diperankan Bunga Citra Lestari cukup terlihat menua dengan ukuran tubuh yang terlihat melebar, tapi wajahnya tetap saja masih terlihat 30an. Make upnya kurang terlihat di sini. Satu lagi, dalam adegan saat Ainun berpidato, ada audiens yang menghirup miyak aroma terapi yang dibintangi oleh Agnes Monica itu lho. Sepengetahuanku produk itu belum lama keluar ya? Well,  Correct Me if Iam Wrong.


Last but not Least, gambaran rumah tangga yang harmonis itu ada, Habibie dan Ainun memnbuktikan mampu mewujudkannya meski dengan banyak cobaan yang menghadang. Masalahnya, tentu saja tidak semua orang menghadapi cobaan yang sama. 

Mengutip (lagi) quote dari film Habibie Ainun : “Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya, dan tanpa kecerdasan, cinta itu tidak cukup.” Nah, apa yang dilakukan keduanya membuktikan ungkapan itu.So, jadilah pecinta yang cerdas dan seorang yang cerdas yang tulus mencintai.


O,ya OSTnya asyik juga lho

Share:

9 comments:

  1. saya sudah menonton film ini mbak. bagus banget :) tapi katanya lebih bagus novelnya daripada film.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, ga semua detil novel bisa diangkat ke layar lebar karena terbatas durasi.

      Delete
  2. Yup, banyak quotes2 bagus.Pastinya ada detail di buku yang ga terrangkum semuanya di film.:)

    ReplyDelete
  3. Bagus banget filmnya, sampai sekarang masih suka banget nonton film ini :D

    ReplyDelete
  4. Pak habibie, salah satu orang cerdas yang dimiliki Indonesia ya. adakah generasi sekarang yang bisa seperti beliau?

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan jejak di sini, saya bakal kunjung balik lewat klik profil teman-teman. Mohon jangan nyepam dengan ninggalin link hidup. Komentar ngiklan, SARA dan tidak sopan bakal saya delete.