Tuesday, 9 December 2025

Asus ExpertBook: Laptop Mulai 7 Jutaan yang Kuat, Ringan, dan Military Grade

Beberapa waktu lalu, tiba-tiba saja keyboard laptop saya sebagian  tidak berfungsi. Sepertinya aus karena ketimpa kucing saya yang suka nongkrong seenaknya di atas keyboard. Hobi bener deh liat laptop kebuka bawaannya pengen neplokin. Apakah suhu hangatnya bikin mereka nyaman? Nah, laptop saya ini tuh untuk beberapa tombol  seperti A, I, tanda baca tidak merespon kalau saya pencet.  Kesel deh. Ya bisa memang pake keyboard on screen. Tapi ribet juga.

Akhirnya saya memutuskan untuk pakai keyboard eksternal. Ya membantu memang tapi lagi-lagi ribet, ga efisien  makenya. Apalagi kalau harus bawa laptop ke luar. Sampai-sampai seoang temen meledek saya sebagai keyboard warrior. Deuh mau ngambek tapi ini fakta hahaha

Ya memang sih, udah waktunya saya ganti laptop. Tapi nggak mau asal ah. Buat saya laptop adalah investasi jangka panjang. Nggak mau asal. Kesibukan saya sebagai tim dari sebuah agensi digital,  jadi afiliator dan jadwal ngezoom mingguan dengan komunitas jadi butuh support system yang mumpuni.  Maunya murah tapi nggak asal.  Kira-kira ada nggak ya laptop yang harganya 7 jutaan? Ya segitu budget yang berani saya keluarin. Walaupun belum ada semua hihihi but soon to be.

Pucuk dicinta ulam tiba. Diiih ini jebakan umur nggak sih? 😄

Ternyata Asus baru-baru ini mengenalkan keluarga barunya. Dari spill-an info yang saya dapat, ada lho laptop Asus yang harganya 7 jutaan. Dan ini gress! Bukan second. Apalagi kan Asus ini dikenal sebagai brand laptop identik dengan image Military Grade.

So, here the story goes.

Kamis, 4 Desember 2025 saya hadir ke acara Media Gathering bersama Asus di Hotel Pullman Bandung.  Pada acara ini, ASUS Indonesia resmi memperkenalkan jajaran produk komputasi bisnis terbarunya, ASUS Expert Series, kepada rekan blogger  dan media di Bandung. 

Tagline acaranya pas banget dengan kebutuhan sekaligus kekhawatiran saya:

“Trusted by IT Experts, Built for Worry-Free Business”

Seri Asus ini memang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan kerja modern yang semakin dinamis, terutama di era hybrid working dan penggunaan AI yang semakin masif. Ah iya, pas part AI ini bikin saya mikir juga, kenapa nggak?  Semacam dapat bonus ekstra dapat fitur AI biar saya terus update di dunia digital yang makin berkembang. 

Nah, pada acara ini diperkenalkan laptop ASUS ExpertBook P1403CVA, P3405CVA, PM3406CKA, P5405CVA, desktop ExpertCenter P500MV, serta ASUS ExpertCenter P440VA, PM640KA, dan PM670KA dalam format All-in-One PC.  Waaah banyak banget!

Komitmen ASUS untuk Mendukung Ekosistem Bisnis Bandung

Bandung dikenal sebagai kota dengan pertumbuhan ekonomi dan kreativitas yang pesat. Hal ini menjadi alasan ASUS menghadirkan Expert Series secara langsung di kota ini.

Bandung adalah salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan kreativitas yang sangat dinamis. Kami ingin menghadirkan solusi komputasi yang bisa menyatu dengan gaya kerja para profesional di era kerja hybrid,” - Eric Khoven, Deputy Director of Commercial Products ASUS Indonesia.

Menurutnya, seluruh perangkat Expert Series dikembangkan sebagai partner produktivitas yang tangguh, ringan, aman, serta mendukung kenyamanan bekerja tanpa khawatir. Dukungan teknologi AI on-device dan keamanan enterprise-grade menjadi kunci utama dalam seri terbaru ini.

Tangguh dengan Standar Militer untuk Realita Kerja Modern

Ini bagian yang saya suka pada acara. Fitur-fitur unggulannya bukan cuma lip service tapi beneran ada demo pengujiannya. Selain itu saya dan teman-teman yang hadir pun mendapat kesempatan untuk menguji ketangguhannya. Beberapa fitur fisik yang menonjol:

Keyboard tahan tumpahan air


Rasanya nggak afdol kalau kerja depan laptop atau cuma streaming pun nggak ditemeni cemilan dan atau minuman. Pokoknya nih mulut kayaknya harus ada aktivitasnya.  Konsekuensinya adalah ketika tidak sengaja miuman kita tumpah di atas keyboard. Panik nggak? Iya dong. Masa nggak? Tapi lain ceritanya kalau pake laptop dari Asus terbaru. Dengan tekonologi barunya membuat laptop Asus tahan terhadap air. Saya buktiin sendiri nih, dikasih air dari botol buat ditumpahin di atas keyboard. Dengan riang gembira saya cuek numpahin airnya hihihi dan hasilnya amaan.

Chassis metal ringan


Dengan chassis metal yang ringan dan struktur internal yang diperkuat memastikan perangkat siap digunakan di mana saja, bobot P1 yang saya uji nggak lebih dari 1,4 kg. Pas saya tes kayak gini temen saya ketawa. Pegang laptop kok kayak pegang kucing (itu lho kalau kita cubit tengkuknya). Ya emang ringan kok.

Tahan benturan, getaran, dan bantingan




Yang nggak kalah bikin takjub juga adalah ketika uji coba laptop ini dibanting/jatuh lalu ditimpa dengan cara diinjak (dengan bobot 80 kg) bahkan dengan sengaja menutup laptop dengan keras sementara di dalamnya ada pulpen atau alat tulis nyempil di dalamnya, nggak membuat layar atau sistem operasinya terganggu.  


Seperti kata Bob Marley: 

"Everything is gonna be all right"

Bukan Sembarang Port Type C


Saya pernah berandai-andai gimana kalau port di laptop tuh udah support type C, ya? Kan enak, nggak usah nyari kabel converer lagi. Eh beneran Asus juga memfasilitasi lho. In case kelupaan bawa charger dan kita lagi berada di luar (kafe misalnya) kita bisa manfaatkan port type C ini buat dicharge pakai powerbank!

 Kerennya lagi port type c ini bukan cuma sekadar type C biasa. Soalnya punya lapisan metal yang kuat, bisa menahan beban sampai 8 kg. Duh saya kalau sama port huhuhu Beban 8kg bisa ditahan sama port type C-nya Asus. Menjura sayaaaa.  


Spesifikasi Laptop Asus Seri Terbaru yang diperkenalkan 

ASUS ExpertBook P1 Series

ASUS ExpertBook P1 Series hadir dalam ukuran 14 dan 15 inci, dilengkapi prosesor hingga Intel® Core™ i7 generasi ke-13. Prosesor mobile dengan litografi Intel 7 ini hadir dengan Intel® Smart Cache hingga 24MB, bekerja dengan daya 35W hingga 115W serta dilengkapi dengan Intel® UHD Graphics yang bertenaga untuk menjalankan aplikasi multimedia, video editing sampai aplikasi 3D ringan.

Dengan penyimpanan hingga 1TB, dan RAM hingga 64GB DDR5. Dengan bobot hanya 1,4 kg dan uji ketahanan MIL-STD-810H, laptop ini menawarkan portabilitas dan daya tahan yang dibutuhkan profesional modern. Fitur ASUS AI ExpertMeet membantu kolaborasi lintas bahasa, mencatat poin rapat secara otomatis, dan menjaga keamanan data selama konferensi video. 

Di tengah acara juga sempat disebutkan kisaran harganya. Ini bikin saya berbinar-binar. Ya ampun, seneng banget! Terima kasih ya Allah akhirnya ada lapop sekeren ini yang harganya masih di bawah 2 digit. FYI dulu saya beli laptop Asus untuk kelas menengah di tahun 2017 aja harganya 5 jutaan. Setelah 8 tahun berselang dengan banyak spesifikasi yang berkembang pesat ternyata kenaikan harganyanya masih masuk akal. Naik 2 jutan dalam 8 tahun masih cincai kan?

ASUS ExpertBook PM3 Series

ASUS ExpertBook PM3 Series adalah lini laptop bisnis modern yang menggabungkan desain ultra-tipis dan super-ringan dengan performa bertenaga serta fitur AI on-device untuk mendukung produktivitas era baru. Ditenagai prosesor hingga AMD Ryzen™ AI 7 350 dengan NPU AMD XDNA™, RAM DDR5 hingga 64GB, dan SSD NVMe PCIe 4.0, seri ini siap menangani multitasking kerja harian dengan responsivitas tinggi. Layar 14” WQXGA (2.5K) 16:10 hingga 144Hz menghadirkan visual tajam dan mulus untuk kerja, belajar, maupun pembuatan konten, sementara baterai 70Wh dirancang untuk menemani aktivitas seharian.

Fitur ASUS AI ExpertMeet dengan AI Meeting Minutes, AI Translated Subtitles, dan AI Watermark bekerja langsung di perangkat (on-device), menjaga privasi data tanpa bergantung pada cloud. Untuk keamanan bisnis, ExpertBook PM3 Series dibekali privacy shutter, sensor sidik jari, TPM 2.0, Secure Boot, dan port RJ45 untuk koneksi kabel yang stabil.

Dipadukan dengan bodi kokoh bersertifikasi ketahanan berstandar militer AS MIL-STD-810H dan engsel 180°, ASUS ExpertBook PM3 Series menjadi solusi laptop bisnis yang mobile, aman, dan andal untuk profesional, UMKM, korporasi, kreator, hingga pelajar.

ExpertCenter P500 Mini Tower

ExpertCenter P500 Mini Tower dirancang untuk bisnis yang membutuhkan performa tinggi dan efisiensi energi. Didukung prosesor hingga Intel® Core™ i7 dengan TDP 95W, desktop ini menawarkan performa 30% lebih baik dibanding kompetitor di kelasnya. Sistem pendingin ASUS Tower Air Cooler meningkatkan disipasi panas hingga 4x lebih baik dari desain standar. Dilengkapi ASUS ExpertMeet dan ASUS ExpertGuardian, perangkat ini siap mendukung produktivitas sekaligus melindungi data bisnis.


ExpertCenter P400 AiO

ExpertCenter P400 AiO hadir dalam pilihan layar 23,8 inci dan 27 inci FHD dengan bezel tipis dan desain hemat ruang. Ditenagai prosesor hingga Intel® Core™ i7 dan RAM hingga 32GB DDR5, PC ini menawarkan kinerja mulus untuk multitasking. Audio Dolby Atmos dan kamera AI dengan fitur auto-framing serta noise cancellation menjadikannya ideal untuk komunikasi profesional. Desain VESA mount dan opsi penyesuaian tinggi membuatnya fleksibel untuk berbagai kebutuhan ruang kerja.

ExpertCenter P600 AiO

ExpertCenter P400 AiO hadir dalam pilihan layar 23,8 inci dan 27 inci FHD dengan bezel tipis dan desain hemat ruang. Ditenagai prosesor hingga AMD Ryzen AI 7 350 dan RAM hingga 64GB DDR5, PC ini menawarkan kinerja mulus untuk multitasking. Audio Dolby Atmos dan kamera AI dengan fitur auto-framing serta noise cancellation menjadikannya ideal untuk komunikasi profesional. Desain VESA mount dan opsi penyesuaian tinggi membuatnya fleksibel untuk berbagai kebutuhan ruang kerja.

Kolaborasi Lebih Cerdas dengan AI ExpertMeet

Jadi kan saya tuh punya agenda meeting pekanan untuk komunitas tadabbur Al Quran yang saya ikuti. Setiap pekan tiap anggotanya dapat tugas untuk jadi host, bikin flyer, notulen dan moderator. Giliran tugas notulen ini yang paling butuh effort. Ya bisa emang denger ulang rekamannya. Tapi saya sempet mikir ada nggak apps yang kita tuh tinggal kasih rekamannya terus bisa bikin transkrip otomatisnya? Hihi ya kalau bisa lebih cepet kan enak. Tinggal edit-edit ringan aja nanti bagian pentingnya. Ternyata fitur yang saya butuhkan ada di sini. Makin-makin deh kepincutnya

Di seluruh perangkat Expert Series dilengkapi AI ExpertMeet, teknologi AI kolaborasi terintegrasi yang dapat:

  • Melakukan transkripsi otomatis

  • Membuat ringkasan rapat berbasis AI

  • Menyediakan terjemahan real-time

  • Memperbaiki tampilan video call dengan auto-framing, eye-contact correction, dan background blur

Saya juga nggak usah khawatir soal penyimpanan datanya. Soalnya untuk penyimpanan data rekamannya  berjalan langsung di perangkat (on-device AI), data pengguna tetap aman tanpa ketergantungan cloud. Hayo siapa yang males kalau harus nambah langganan buat data cloud?

Asus, You know me so well!!! I love you to the moon and back sampe bosen.

Dukungan Jangka Panjang dan Garansi Hingga 5 Tahun

Last but not least, sebagai wujud komitmen ASUS terhadap dunia bisnis, seluruh lini Expert Series didukung ekosistem layanan enterprise termasuk:

  • Opsi perpanjangan garansi hingga 5 tahun

  • Ketersediaan suku cadang terjamin

  • Update sistem berkala

“Perangkat bisnis adalah mitra produktivitas jangka panjang. Kami ingin memastikan pengguna bekerja dengan nyaman dan worry-free,” tutup Eric.

Ini penting banget buat saya atau kamu yang ceroboh tapi khawatir dengan durabilitas penggunaan perangkatnya. Jaminan yang lebih lama dan ketersediaan suku cadang bikin lega. 

Untuk kota Bandung sendiri, kita bisa mendapatkan laptop Asus seri ExpertBook ini  di 21 toko di BEC (Jalan Purnawarman no 13-15),  kawasan Pertokoan Segitiga Emas  Jalan Ahmad Yani (2 toko), Toko Platinum di jalan Kartini no 9, Media Touch Compushop jalan Kejaksaan no 16 serta Ruko Pancawarna Kota Baru Parahyangan, Jl. Bujanggamanik Kav. No.2, Kertajaya, Padalarang

Kehadiran ASUS Expert Series di Bandung menjadi bukti keseriusan ASUS mendukung aktivitas profesional, bisnis, UMKM, hingga institusi pendidikan. Dengan gabungan durabilitas standar militer, performa tinggi, keamanan enterprise, dan kecerdasan AI, seri ini menawarkan solusi komputasi yang siap menghadapi tantangan dunia kerja modern.

Bismillah, on the way laptop baru nggak pake lama lagi di awal 2026. Semoga kamu juga ya. Aamiin



Share:

Saturday, 6 December 2025

Reinkarnasi, Semangat Bermusik dari Sosok Bintang

Saya tipe yang kalau kerja tuh harus ditemani musik. Jadi kalau ada yang ngajakin saya work from cafe gitu, saya kudu bawa headset. Karena kadang ada kafe yang konsepnya tidak ada musik. Sementara, nggak sopan juga kalau saya nyalain YouTube (misalnya) dari laptop. Ya kali pengunjung lain fine-fine aja. Jadi kerja dari rumah yang emang konsepnya solo (maksudnya nggak harus ada diskusi buat bahasan tertentu), ya enaknya di rumah aja.  Pokoknya tuh kalau enggak ditemani musik rasanya ada yang kurang aja. Ada yang samaan kayak saya?

Nah, ngomongin soal konten musik di YouTube, baru-baru ini saya nemu video yang punya konsep cerita yang unik. Judulnya juga cukup menggelitik: "Reinkarnasi". Maksudnya gimana ya? Jadi ayo kita ngobrol sebentar. Nggak lama kok. Eh tapi sediain juga cemilan dan kopinya ya. Karena kayaknya selain lebih asik sambil ngopi, mungkin bakal jadi teman saat ada hal yang terlintas setelah baca ini. 

Pada detik-detik awal, muncul sepasang pemuda-pemudi sedang berlari-lari dari kejaran, sampai pada titik ketika akhirnya pelarian mereka terhenti, duel tidak bisa lagi dielakkan. Dengan sisa tenaga yang ada, pemuda ini menghampiri sosok pemudi yang jadi kekasihnya. Sadly, they can’t make it. Maut sudah siap menjemput, membuat mereka harus berpisah.

"Berjanjilah, kita akan selalu bersama," lirih pemudinya. Dengan tatapan lembut dan penuh sayang, pemuda ini menyambutnya dan mengiyakan janjinya. Apapun yang terjadi, ia akan terus mencari kekasihnya di kehidupan selanjutnya.

Slide bergulir menampilkan adegan baru. Kali ini ada sosok seorang kakek berpakaian ala era kerajaan lengkap dengan ornamen tradisional. Tau enggak serial Angling Dharma yang pernah tayang di TV? Biar kebayang seperti apa visualnya, coba lihat di video ini

Si kakek ini meniup terompet dengan bentuk yang unik, seperti tulang hewan (semacam instrumen ala-ala peninggalan ritual kuno). Sepertinya ini menggambarkan sosok kakeknya Bintang, yang jadi inspirasi musik jadi jalan pilihannya. Tampaknya Bintang bukan cuma rindu sama sosok kakek, tapi ada yang mau Bintang sampaikan lewat lagu ini. 

Passion Anak Muda 16 Tahun

Usia Bintang ketika menulis lirik lagu ini masih muda banget, 16 tahun! Waktu saya seumuran Bintang, mana kepikiran bikin lagu hahaha. Bagi saya, Bintang ini punya warna musik yang unik dibanding gen Alpha seusianya. 

Saya penasaran deh, kenapa ya Bintang mengambil setting videonya pada Indonesia era kerajaan? Kenapa memilih setting masa lalu, bukan masa kini yang modern sekarang? Akhirnya saya sampai pada kesimpulan kalau video Reinkarnasi-nya Bintang ingin menyampaikan pesan kalau cinta bukan hanya tentang saat ini, tapi juga soal ikatan batin yang terus ada walau sudah berpisah raga. Begitu cintanya, mereka ingin terus bersama bahkan di kehidupan selanjutnya tetap memilih bersama cinta yang sama. Bukan dengan yang lain. 

Ketika Tradisi Bertemu Masa Depan

Coba deh lihat juga behind the scene-nya video Bintang. Kalau kamu mengira animasi video reinkarnasi ini adalah buatan AI ternyata kamu salah besar. Di antara potongan video wawancaranya ada part bagaimana editing animasi videonya dibuat. Buatan karya anak bangsa alias made in Indonesia. 

Sementara untuk videonya,visual terlihat hidup, berlapis, dan terasa dimensional. Tidak lama setelah kakek meniup terompet di atas sebuah bangunan (mirip candi-candi gitu), slide berpindah di mana Bintang sedang bermain musik dengan keyboard di antara reruntuhan puing-puing. Kehancuran ternyata tidak jadi penghalang bagi Bintang untuk terus berkarya dengan musik. Selanjutnya, klip kembali menceritakan secara cut-to-cut di mana Bintang 

Dari sisi lagunya, Bintang memulai proses kreatifnya dengan membuat lirik dulu.  Setelah itu ia memuai dengan beat drum, dan aransemen lewat keyboard. Bintang yang bercita-cita jadi produser musik hanya butuh waktu 5 hari saja, Sambil tersenyum ia mengakui bagian ekspresinya kalau Bintang masih canggung. 

Yang menaik, support  keluarga juga didapatkan dari Bintang. Kakaknya Bintang yaitu,  Antika Lestari Sugiatno turut beperan sebagai backing vokalnya. Padahal warna suata Antika kebih ke jazz dibanding genre yang diusung oleh Bintang.

Antika menceritakan keseriusan Bintang yang senang menghabiskan waktunya di studio. Ayahnya Bintang yaitu Heru Sugiatno juga memposisikan Bintang sebagai teman untuk Bintang menseriusi minatnya dalam bermusik. Di mata ayahnya, Bintang punya potensi menjadi seorang musisi sejak usia 6 tahun. Kebersamaan keluarga pun menjadi support system bagi Bintang untuk terus berkarya. 

Dari genre musik yang saya simak, Bintang punya pilihan berbeda dengan umumnya anak-anak muda sekarang yang membawakan musik dengan konsep kekinian. Setuju nggak? Salut sih, Bintang tampil beda. Sekilas, saya merasa ada pengaruh band Ungu dalam warna musiknya, CMIIW.

“Mungkin aku akan terlahir lagi untuk menerangkan aku yang dahulu…”

Sepertinya ini juga motivasi Bintang secara monolog. Tentang pilihannya, tentang kehilangan, rindu, dan semangatnya yang dirangkum dalam video ini.

Kalau orang seusia itu sudah bisa menghasilkan karya dengan kedalaman seperti ini, Bintang punya potensi besar. Saya rasa dia bukan musisi yang akan lewat begitu saja.

Secara implisit video ini ingin memberi bagi pendengarnya tentang kesempatan kedua. Jika punya kesempatan kedua kira-kira hal apa yang mau dilakukan? 

Apakah memperbaiki hubungan yang rusak? Mengusahakan yang terbaik dari kesempatan yang terlewat? Atau jadi versi diri yang belum selesai? Karena mungkin saja kan. Sebenarnya Yang kita cari bukan orang baru, tapi pertemuan kedua juga kesempatan untuk menyelesaikan yang tertunda.

By the way, bagian mana yang paling menarik buat kamu dari video perdananya Bintang ini?
Simbol dari kakek? Detail pada konsep visual videonya? Kisah cintanya? Atau liriknya?
Yuk, tulis di komentar, ya.

Share:

Friday, 26 September 2025

Klinik Aesthetic eMGlow: Cantik Berkualitas Bukan Sekadar Tren

Siapa sih yang nggak mau cantik?

Rasanya nggak ada yang nolak. Ya, kan? Saya mau cerita nih. Kalau pas lagi nyari skincare di e-commerce, kan suka muncul tuh produk lain yang sejenis. Misal saya lagi nyari moisturizer, muncul deh merek lain di bagian rekomendasi. Algoritma pencarian ini akhirnya menggiring kita di media sosial untuk memunculkan produk skincare lainnya.

Kadang iklan yang muncul di media sosial bikin saya mikir, ini beneran nggak sih? Kok klaim hasilnya kayak bombastis gitu. Terlalu putih lah, atau cantiknya terlihat aneh. Pas cek harganya juga bikin kita berseru dalam hati, “What??? Seriusan ini?” Mending nggak jadi deh kalau saya, mah. Ya nggak yakin aja. 

Padahal, kalau mau nge-boost perawatan kecantikan, kita juga bisa mengunjungi klinik kecantikan. Udah gitu, bisa disesuaikan untuk mendapatkan perawatan yang sesuai kebutuhan. Sama halnya dengan skincare, treatment di klinik pun harusnya membuat kita aware. Jangan sampai salah milih klinik abal-abal yang ujungnya boro-boro bikin cantik, yang ada malah hasil akhirnya nggak cocok atau bikin kondisi kita makin parah dari sebelumnya. Sayang uang, pasti. Belum lagi biayanya. Mungkin itu ya yang bikin orang-orang mikir dua kali mau perawatan di klinik—takut salah milih.

Nah, beberapa waktu lalu saya kenalan dengan sebuah klinik kecantikan di Bandung. Namanya eMGlow. Lokasinya berada di kawasan ruko Paskal 23. Wah, ini mah dekat dari rumah saya. Senangnya! Lalu nih, yang bikin saya tertarik dengan eMGlow ini adalah beberapa aspek penting yang jadi perhatiannya dalam memberikan layanan treatment.
 
Ruang tunggu perawatannya  estetik dan elegan

Konsep Halal dan Aman

Halal adalah aspek utamanya. Sebagai umat muslim, mesti banget memperhatikan ini. Jangan sampai skincare (juga kosmetik) dengan kandungan non-halal melekat di kulit kita. Nggak mau kan kalau salat kita jadi nggak sah? Suka deh. Jarang-jarang soalnya ada klinik yang punya perhatian sama hal ini. 

 Bukan cuma aspek halal saja, jaminan keamanan dan keselamatan melalui filosofi halal dari klinik ini jadi landasan dalam memberikan perawatan terbaik untuk pasien-pasiennya sebagai prioritas utama. Hal ini tentunya akan membuat para pelanggan eMGlow Bandung tetap setia dengan layanan yang diberikan oleh klinik.

Inovasi Layanan

Dibarengi dengan inovasi, tim dokter, perawat, dan konsultan klinis di eMGlow terus mengasah pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menghadirkan berbagai pilihan perawatan terbaru. Beberapa di antaranya adalah Biaxis – Pico Laser, Crystal Bening Skin Laser, Crystal Polis, LED Light Therapy dan perawatan yang sekarang sedang banyak diperbincangkan: Ultracol200.

Kalau biasanya kita mendengar istilah tanam benang untuk membantu produksi kolagen pada kulit wajah, eMGlow justru menghadirkan pendekatan yang berbeda. Banyak orang masih khawatir dengan metode konvensional ini—mulai dari risiko masuknya benda asing ke jaringan kulit, sampai potensi terganggunya kerja alami kolagen. Dari perhatian itulah, eMGlow memperkenalkan Ultracol200 sebagai solusi yang lebih aman dan alami.

Teknologi Ultracol200 disebut sebagai benang cair pertama di dunia. Cara kerjanya mirip dengan benang padat, namun hasil yang diberikan terlihat lebih natural. Proses terapinya juga terasa nyaman, aman, dan minim rasa sakit. Hasilnya mulai tampak dalam waktu 2–4 minggu.
Menurut dr. Marlina, efek terapi ini tidak menyebabkan bengkak, memar, atau pun perubahan bentuk wajah menjadi asimetris.

Menariknya, teknologi benang cair ini bukan hal baru. Ternyata sudah digunakan selama lebih dari 30 tahun, lho! Kini eMGlow mengemasnya dalam layanan perawatan modern yang inovatif dan dipersonalisasi. Wajah pasien tetap terlihat simetris, tidak kaku, dan justru semakin menunjukkan kualitas kulit yang lebih sehat seiring waktu.

Dari jenisnya, Ultracol memiliki dua varian: Ultracol100 dan Ultracol200. Ultracol100 ditujukan untuk meningkatkan kelembapan, mengencangkan kulit, serta mengurangi garis halus di wajah. Sedangkan Ultracol200 berfokus pada peremajaan kulit dan wajah secara menyeluruh dengan hasil yang tahan lama. Perawatan Ultracol200 sendiri lebih ditujukan untuk pasien usia 30 tahun ke atas.

Inovasi seperti inilah yang membuat eMGlow konsisten memegang prinsipnya: Cantik Berkualitas, Bukan Sekadar Tren. Bagi eMGlow, kecantikan bukan tentang perubahan instan, namun juga merupakan hasil dari perpaduan antara teknologi medis yang aman, diagnosis yang tepat, dan perawatan berkelanjutan. Semua itu diwujudkan melalui layanan medis estetika  yang dipersonalisasi oleh tim dokter profesional dari eMGlow.

Usia klinik yang sudah empat tahun ini telah dipercaya pasien untuk perawatan medis estetika, konsultasi kulit, serta rangkaian produk homecare yang mendukung hasil klinis jangka panjang. Dalam perjalanan usianya yang menginjak empat tahun, eMGlow mengedepankan prinsip keselamatan pasien, kualitas bahan dan teknologi yang selektif, serta edukasi berkelanjutan bagi pasien tentang rutinitas perawatan yang tepat.
“Kami percaya kecantikan haruslah bertanggung jawab dan berkelanjutan. Perawatan yang baik bukan sekadar mengikuti tren, melainkan hasil sinergi antara diagnosis yang tepat, prosedur yang aman, dan homecare yang konsisten.”
— dr. Marlina
Sementara itu, dr. Citra Devi menambahkan bahwa di eMGlow, setiap tindakan dimulai dari analisis kulit menyeluruh sehingga hasil yang dicapai bukan hanya sementara, tapi mendukung kesehatan kulit jangka panjang.
“Selama empat tahun terakhir kami terus menyempurnakan protokol perawatan yang memadukan sains dermatologi dengan pendekatan personal. Edukasi pasien tentang pemakaian skincare yang benar sama pentingnya dengan perawatan di klinik, itulah yang kami dorong lewat konsultasi khusus dan rekomendasi homecare teruji.”

Saya juga nyobain perawatan facialnya. amanya Glossy Derma Athena. Untuk treatment ini sendiri saya dikasih tahu kalau tidak boleh terkena air sejam setelahnya.  Saya disarankan untuk shalat dulu sebelum treatment. Mushala pun tersedia di sini. Jadi nggak usah keluar  nyari tempat untuk shalat. Sebelumnya juga saya difoto untuk mengetahui  before dan afternya. Lalu serangkaian perawatan pun segera dimulai. 

Setelah saya berbaring, nurse melakukan tahap awal perawatan berupa tahap cleansing. Pada tahap ini kehigienisan juga diperhatikan dengan seksama. Spons yang digunakan hanya untuk sekali pakai. Jadi nggak ada ceritanya saya pakai spons bekas orang lain atau spons bekas saya digunakan untuk pasien berikutnya.

Setelah itu nurse memberikan pijatan pada wajah selama kurang lebih 7 menit. Untuk intensitas pijatannya , nurse menanyakan dengan lembut apakah terlalu keras? Saya bilang nggak.Saya malah dibikin ngantuk karena pijatannya enakeun nih, bikin wajah saya lebih rileks. Kayaknya nih saya lagi banyak pikiran ya hahaha. 

Langkah berikutnya  ada penguapan (steamer uap) dengan durasi kurang lebih 8 menit. Mata saya diberi penutup khusus agar terlindungi. Lanjut dengan pengambilan komedo yang rasanya agak cekit-cekit dan dibikin rileks kembali dengan pengolesan NaCl. Langkah terakhir, wajah saya diolesi masker yang berlangsung selama 10-15 menit. Lama perawatan kurang lebih membutuhkan waktu selama satu jam. 

Yang saya suka setelah perawatan di sini nggak meninggalkan efek seperti sensasi wajah terbakar atau kulit yang terkelupas. Cocok nih yang mau treatment dengan hasil yang langsung terlihat dengan reaksi yang nyaris nggak ada. Sambil nunggu saya kembali rapi, saya ditawari minuman. Wah complimentnya so sweet, ya. 


Merayakan usianya yang ke-4, eMGlow Aesthetic Centre Bandung merayakannya dengan rangkaian acara yang tidak hanya bersifat informatif dan edukatif, tetapi juga penuh makna sosial. Pada hari yang sama, di klinik ini diselenggarakan sesi charity yang dimulai dengan kegiatan tadarus Al-Qur’an yang dipimpin oleh Ustaz Harry R. Sadikin. Acara ini diikuti oleh anak-anak yatim dari komunitas setempat.


Mau perawatan di sini juga? Kamu bisa mengunjungi klinik eMGlow di alamat berikut:

Bandung:
Komplek Ruko, Paskal Hyper Square, Jl. Pasir Kaliki No.23 Blok F1 D-E, Kb. Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung, Jawa Barat 40171 Telp: 0812-1488-0078 Buka setiap hari mulai jam 10.00-19.30

Bekasi:
Grand Wisata, Jl. Celebration Boulevard Ruko No.16-17, Lambangsari, Kec. Tambun Sel., Bekasi Timur, Jawa Barat 17510 Telp: (021) 82637179 Buka setiap hari mulai 09.00-18.00

Share:

Friday, 8 August 2025

Leon Ray Legoh: Meracik Musik dan Masakan Ala Dapur Rock N Roll

Kalau selama ini kamu cuma mengenal Leon Ray Legoh sebagai drummer band Koil, siap-siap kaget. Di balik hentakan drumnya, ia juga lihai berkutat di dapur dan mengolah resep. Lewat Dapur Rock N Roll, Leon bercerita bagaimana musik dan memasak saling mengisi, membawa rasa dan cerita dari panggung ke meja makan.

Baru-baru ini, Leon merilis bukunya yang berjudul Dapur Rock N Roll: Di Antara Musik dan Masak. Baginya, musik dan memasak adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan dari hidupnya. Keahliannya di dapur pun nggak lepas dari perjalanan panjangnya sebagai musisi. Kalau bukan karena musik, mungkin Leon nggak akan terjun ke dunia masak. Begitu juga sebaliknya, tanpa masak, mungkin ia nggak akan punya energi yang sama untuk bermusik. Penasaran kan, kok bisa? 


Obrolan Santai yang Berbuah Bisnis Serius

Leon bercerita, dulu ia memutar otak supaya nggak perlu kerja kantoran di sela profesinya sebagai musisi. Ia nggak mau terikat jam kantor, apalagi penghasilannya dari musik dengan genre yang segmented waktu itu terasa kurang mencukupi.

Sampai akhirnya, lewat obrolan santai dengan Otong — vokalis Koil tercetuslah ide untuk membuka usaha rumah makan.  Awalnya Leon sendiri merasa heran dengan keputusannya, tapi kemudian ia malah jadi yakin bisa menjalani bisnis kuliner. Perjalanan inilah yang akhirnya ia tuangkan dalam bukunya.

Judul Dapur Rock N Roll dipilih karena memang mencerminkan sikapnya di dapur: cuek dan apa adanya. Ia nggak mau pusing mikirin omongan orang lain. Yang penting, kerjakan saja apa yang disukai. Sesederhana  itu.

Di acara peluncuran buku yang dipandu MC Idhar Resmadi dan pengamat kuliner Nadya Gadzali, Leon berbagi cerita di balik penulisan bukunya. Ia menyebutkan, irisan antara musik dan memasak ada pada kejujuran menyampaikan ide, bukan sekadar soal teknik yang dibawakan dengan santai. Hal itu, sudah cukup merepresentasikan kedua dunia yang ia cintai.

Salah satu bagian paling menarik adalah masa kecil Leon di Manado. Dulu, pasar adalah tempat yang ia hindari. Baginya, pasar itu kotor, becek, dan bau. Tapi sekarang, justru pasar jadi bagian dari kesehariannya. Kadang ia bisa keasikan berbelanja. Datang saat langit masih gelap dan selesai berbelanja matahari sudah muncul. 

Leon juga punya kebiasaan berburu inspirasi saat jalan-jalan, apalagi ketika band-nya tur keluar kota. Kuliner pinggir jalan pun tidak luput dari perhatiannya. Ia mengamati bagaimana pedagang mengolah pesanan, bumbu apa yang dipakai sampai tersaji di piring. “Cobain ah di dapur. Coba lagi, coba lagi,” ujarnya. 

Saya dibuat ngakak waktu di bukunya Leon bercerita ia kegirangan mendapat komposisi resep  yang pas. Eh tetep aja masakannya yang enak itu tidak laku. Tapi seiring berjalannya waktu, racikan yang katanya nggak laku itu akhirnya bisa diterima dan disukai konsumen saat tren olahan rica-rica menjadi booming. 

Di mata Nadya, perjalanan bukan cuma soal hiburan, tapi juga momen mendapatkan inspirasi, termasuk lewat makanan. Menurutnya, makanan bisa jadi bentuk diplomasi. Yang tadinya mau berantem bisa batal gara-gara duduk bareng sambil makan, apalagi kalau makanannya tradisional. 

Cara ini, menurutnya, mirip dengan pendekatan Leon saat mengolah masakan. Mencicipi berbagai kuliner dari banyak tempat bukan hanya memperkaya pengalaman, tapi juga membentuk cita rasa. Setiap tradisi punya rasa uniknya sendiri.

Kadang, keinginan mencicipi makanan bukan karena lapar, tapi sekadar penasaran rasanya. Relate banget, kan? Saya juga gitu kalau lagi jalan-jalan, lapar bisa ditahan dulu sampai nemu makanan yang unik dan jarang ditemui.

Rasa Lokal Lebih Keren

Meski awalnya merintis resto dengan menu western, Leon kemudian lebih tertarik mengeksplor kuliner lokal. Bukan karena makanan western nggak menarik, tapi ia merasa nggak punya cukup referensi untuk menguliknya.

“Sedangkan yang bisa jadi referensi adalah nyokap gua di rumah. Bisanya makanan Manado aja. Yang paling gampang dilihat dan diminta resepnya ya masakan Indonesia.”

Bagi Leon, masakan Indonesia punya gaya tersendiri. Ia teringat pengalaman dulu melihat penyajian hot dog di sebuah kios di Gelael Dago (sekarang Superindo). 

Menurutnya, prosesnya terlalu sederhana, cuma roti ditusuk, dipanggang, lalu diisi sosis, mentega, sayuran, dan saus. Selesai. Beda dengan masakan Indonesia yang kaya bumbu dan rasa. Di kepalanya, masakan Indonesia selalu lebih keren.


Cerita di Balik Menu yang Beda di Tiap Cabang

Walaupun Rumah Makan Legoh identik dengan menu Manado, ada hal menarik kalau memperhatikan perbedaan antara Legoh di Jalan Sultan Agung dan cabangnya di Jalan Lengkong Kecil. Menu rica-rica yang jadi favorit di Sultan Agung, ternyata nggak terlalu laku di Lengkong Kecil. Di Lengkong kecil selera pelanggannya lebih variatif, sehingga karakter menunya pun menyesuaikan. Leon tidak memaksakan menu di sini harus sama persis. 

Menurut Nadya, ini karena pendekatan kultural yang nggak disadari. Leon punya memori Manado yang melekat, sehingga mudah baginya memasak masakan khas sana, ia bisa langsung bertanya resep ke keluarga.

Namun, meski tanpa latar belakang pendidikan formal di dunia F&B, Leon mampu beradaptasi dengan selera orang Sunda yang cenderung asin dan pedas. Ia mengolah informasi secara personal, bertanya langsung seperti apa resep yang pas untuk lidah lokal.

Bagi Leon, tantangan terbesar justru bukan di dapur, tapi di manajemen restoran. Memasak sudah biasa, tapi mengelola orang? Itu cerita lain. “Kalau di dapur, yang dihadapi cuma kompor, bumbu, dan alat masak, semua benda mati. Masalahnya bisa diatasi, apalagi informasi sekarang mudah didapat. Tapi kalau memanage orang, itu lebih susah,” ujarnya.

Sedikit Bocoran dari Buku Dapur Rock N Roll

Leon pernah mengalamin kejadian horor (apa lucu, ya?) yang tidak terlupakan. Waktu itu ia sedang tur di luar kota, dan sudah dipanggil buat naik ke panggung, eh… tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Biasanya sebelum manggung Leon akan mematikan handphonenya dari awal, tapi entah kenapa kali itu malah lupa. Saat teleponnya diangkat, ternyata ada yang mau pesan nasi box! 

Bukannya menolak, Leon berhenti sebentar dan mencari spot yang tidak terlalu berisik, lalu menerima pesanan dulu.  Setelah itu ia kembali naik ke atas panggung. Konser pun berjalan lancar. Tapi masih ada kejadian lucu. 

Saat kembali ke Bandung dan bangun tidur keesokan harinya, handphone-nya kembali berbunyi. Ternyata masih panggilan dari orang yang sama dan menanyakan nasi box tadi. Sebelumnya Leon memang segera membuatkan pesanan tapi ia lupa mengirimkan orderan. Lagian beda kota juga. Leon mengomeli dirinya dan segera memasak lagi untuk memenuhi pesanan yang tertunda itu. 

Selain bercerita pengalamannya menggeluti dunia kuliner,  dalam bukunya ini Leon pun berbagi tips melayani tamu yang karakternya berbeda-beda, mengatasi komplain sampai resep masakan yang biasanya kita jumpai di restonya.

Dengan pilihan font yang lebih besar dari kebanyakan buku pada umumnya juga cara bertutur seperti mengobrol, bukunya Leon ini bisa selesai dibaca sekali duduk. Beneran, deh.



Share:

Thursday, 24 July 2025

Gurihnya Gudeg Seturan Cihapit Yang Bikin Kangen

Sebagai urang Sunda, saya dari dulu suka mikir lama kalau ditawari masakan manis. Bukan cuma soal selera, tapi juga karena saya cukup waspada dengan risiko penyakit gula, apalagi setelah almarhum ayah meninggal karena komplikasi diabetes. Lidah saya tuh jadi terbentuk paling klop sama cita rasa asin dan gurih. Jadi kalau diajak makan gudeg, pikiran saya langsung nempel pada satu imej: “Ah, manis lagi paling.”


Beberapa hari lalu saya nemu warung gudeg baru di Cihapit. Daerah ini memang terkenal sama makanan enak-enak dan harganya bersahabat. Feeling saya langsung ngomong, “Cobain atuh, palingan juga seujung sendok.” Saya ke sana bareng teman yang orang Jawa—dia memang doyan gudeg yang manis banget. Dalam hati saya udah siap nyerahin piring kalau rasanya kelewat manis. Tapi ternyata saya salah!

Yang terjadi malah saya sendiri yang ngabisin satu porsi. Boro-boro minta tolong temen saya buat abisin, saya justru jatuh cinta sejak sendokan pertama. Bukan pandangan ya. Sendokan kedua, ketiga… sampai habis juga! Apakah saya harus pindah rumah ke sini aja biar bisa sering beli cukup dengan jalan kaki?
 

Berawal dari Kawasan Seturan

Sambil nunggu pesanan datang, saya sempat ngobrol sebentar dengan pemiliknya, Teh Wulan. Warung ini dikelola Teh Wulan dan suaminya. Katanya, Gudeg Seturan ini awalnya adalah usaha orang tua Teh Wulan, yang dulu jualan di kawasan Seturan, Jogja.

Waktu pandemi melanda, orang tuanya pulang ke Bandung. Lalu empat tahun yang lalu, keluarganya Teh Wulan mulai merintis lagi usaha gudeg ini di kawasan Arcamanik. Nah, warung di Cihapit ini bisa dibilang cabang keduanya. Jadi kalau kamu nemu di aplikasi peta atau delivery, ya memang masih satu manajemen dan resep keluarga yang sama.

Padahal nih, saya beberapa kali ke Yogya sebelum dan sesudah pandemi, tapi nggak pernah ngeh ada Gudeg Seturan. Kurang ngubekin Yogya saya kayaknya.

Masakan Rumahan Rasa Rindu

Bayangin kalau kita punya ibu atau kakak perempuan yang jago masak, tapi kita harus tinggal di luar kota karena kerja atau studi. Jaraknya nggak bisa ditempuh cuma sejam-dua jam. Nggak bisa pulang semaunya. Tapi saat ada momen lebaran atau acara keluarga yang memanggil, kita bakal bilang, “Aku pulang ya… tapi nanti dibikinin gudeg, ya.”

Ya, karena kangen. Dan rasa gudeg di Gudeg Seturan ini tuh kayak gitu: rasa rindu yang dimasak. Manisnya lembut, gurihnya terasa, bumbunya meresap sampai ke nangkanya. Gigitan pertama langsung bikin saya ngomong dalam hati: “Ini mah bukan sekadar gudeg. Ini tuh kayak gudeg yang bumbu rahasianya sayang dan kangen :).” Tau, kan? Kalau dengan resep yang sama tapi beda tangan hasilnya ya beda aja. Seperti itu yang saya rasakan.

Harga Bersahabat, Porsi Bikin Puas

Kalau ditanya mahal atau nggak, jawabannya: nggak sama sekali. Mulai dari Rp19.000 aja udah dapat seporsi gudeg yang lengkap dan puas. Tapi saran saya: wajib tambah telur dadar barendonya. Kerenyahannya pas dan jadi pelengkap yang sempurna buat nasi liwet atau nasi gudegnya.

 Semua lauk di sini dibuat fresh setiap hari. Nggak ada tuh yang dihangatkan dari sisa kemarin. Gimana mau ngangetin? Soalnya tiap hari aja cepat habis. Waktu saya datang ke sana (warung baru buka 7.30 hari), sudah ramai oleh pembeli. Beberapa wadah isinya udah hampir habis saya perhatiin.  Ada yang makan di tempat, ada juga yang bungkus buat dibawa pulang. Sama kayak saya—banyak yang langsung jatuh cinta sejak suapan pertama.

Makan Langsung di Tempat atau Pesan Online

Kalau bisa, makan langsung di tempat itu paling mantap. Nih, saya kasih ancer-ancer lokasinya ya.

Dari Toko Kue Vitasari (dekat pintu masuk Pasar Cihapit), jalan lurus sekitar 100 meter sampai ketemu Gang Nikmat. Kalau datang dari arah berlawanan, gang ini posisinya berseberangan dengan kantor Polsek Bandung Wetan. Masuk aja ke gang itu, lalu jalan lurus sekitar 50 meter. Nanti kamu bakal nemu warung mungil bernuana cokelat yang hangat dan sederhana ini.

Gudeg Seturan Cihapit buka mulai pukul 07.30 pagi hingga 14.30 siang. Tapi bisa aja tutup lebih cepat kalau sudah habis duluan.

Kalau kamu tinggal jauh atau lagi males keluar, tinggal pesan aja lewat WhatsApp, GoFood, atau GrabFood. Mudah, kan?
 
Info Kontak dan Lokasi:
Gudeg Seturan Cihapit
Instagram: @gudegcekerseturan_cihapit
GoFood/GrabFood: Gudeg Ceker Seturan SR Cihapit
Maps: 
https://maps.app.goo.gl/GSPg2Arjj4m1ngA26
Share:

Tuesday, 22 July 2025

Fox Lite Hotel Majalaya Destinasi Baru Untuk Kenyamanan dan Kemewahan Pengalaman Menginap

Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke kawasan Majalaya, sebuah wilayah yang mungkin belum terlalu dikenal sebagai destinasi liburan mainstream seperti Lembang atau pusat kota Bandung. Sudah bertahun-tahun ga main ke kawasan ini dan bikin saya kagum. Ini sih beyond my expectation. Tapi siapa sangka, di tengah suasana Majalaya yang tenang, berdiri sebuah hotel baru dengan vibes yang begitu elegan: Fox Lite Hotel Majalaya.

Perjalanan untuk ke sana cukup seru. Dari rumah saya  naik ojek online lalu lanjut naik kereta. Selain meringkas waktu juga menghemat budget transportasi :). Sampai di stasiun, saya udah ditungguin teman yang mau nemenin  buat menyambangi hotel ini. 

Agak jauh memang, tapi begitu sampai… wah, langsung terasa berbeda. Hotel ini satu kawasan dengan pusat perbelanjaan Majestic di Majalaya. Begitu sampai di lobi saya disambut oleh pemandangan yang cozy dan modern. Hotel ini bukan sekadar tempat menginap, tapi juga membawa suasana kelas internasional yang jarang saya temui. Wah, gawat. Saya kepincut sama vibesnya. Help me!

Fox Lite Hotel Majalaya memang masih baru. Secara resmi dibuka pada tanggal  26 Februari 2025. Alamatnya ada  di Jln Anyar, Majasetra, Majalaya, Kabupaten Bandung, dan menjadi hotel berbintang pertama dengan standar internasional di kawasan ini. Seluruh ada 110 kamar yang tersedia dengan tiga tipe berbeda. Semuanya dirancang elegan, dengan sentuhan modern yang bikin betah sejak pertama melangkah masuk. 

Seperti ini suasana kamar yang sempat saya intip. Gimana? Naksir, kan?

Menurut General Manager Fox Lite Majalaya, Ibu Lily Siwu,  mereka ingin menghadirkan hotel yang tidak hanya nyaman secara fasilitas, tapi juga hangat dari sisi pelayanan. Dan menurutku, itu bukan sekadar kata-kata—karena keramahan staf dan kenyamanan ruangannya benar-benar terasa dari awal. Ya, ya itu emang udah saya rasakan sejak pertama menginjakkan kaki di lobi hotelnya. 

Ngomongin soal fasilitasnya, hotel ini juga punya sederet fasilitas yang bikin pengalaman menginap makin lengkap. Mulai dari The Café By Fox yang menyajikan menu istimewa dari chef berbakat, hingga kolam renang, lalu ada ruang pertemuan berkapasitas hingga 300 pax, Kids Club, dan fasilitas lain yang mendukung tamu baik untuk liburan maupun urusan bisnis.

Mural cantik di restonya. Salah satu spot kece buat foto-foto
 

Ada kabar bagus nih. Soalnya Fox Lite Hotel Majalaya juga menawarkan promo spesial menginap untuk periode tertentu. Jadi kalau kamu kebetulan punya urusan di Majalaya, atau malah ingin coba staycation di tempat yang belum terlalu ramai, hotel ini bisa jadi pilihan yang menarik dan anti-mainstream.

Untuk info lebih lengkap dan reservasi, bisa langsung cek discoverasr.com atau hubungi 0811-2220-0160.

Tentang Fox Lite Hotel Majalaya

Fox Lite Hotel Majalaya adalah Hotel Berbintang yang menjadi hotel internasional pertama di area Kabupaten Bandung ( Majalaya ) dalam naungan The Ascott Limited dengan berbagai fasilitas yang lengkap.

Tentang The Ascott Limited

Sejak merintis serviced residences  kelas internasional pertama di Asia Pasifik dengan dibukanya The Ascott Singapore pada tahun 1984, Ascott telah berkembang menjadi perusahaan perhotelan tepercaya dengan lebih dari 940 properti di seluruh dunia. Berkantor pusat di Singapura, kehadiran Ascott tersebar di lebih dari 220 kota di lebih dari 40 negara di Asia Pasifik, Asia Tengah, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Serikat.

Penawaran akomodasi Ascott yang terdiversifikasi mencakup serviced residence, properti coliving, hotel dan apartemen tempat tinggal lansia independen, serta akomodasi pelajar dan perumahan sewa. Merek perhotelan pemenang penghargaannya meliputi Ascott, Citadines, lyf, Oakwood, Quest, Somerset, The Crest Collection, The Unlimited Collection, Preference, Fox, Harris, POP!, Vertu dan Yello; dan memiliki kemitraan merek dengan Domitys. Melalui Ascott Star Rewards (ASR), program loyalitas Ascott, anggota menikmati keistimewaan dan penawaran eksklusif di properti yang berpartisipasi.

Unit bisnis yang dimiliki sepenuhnya oleh CapitaLand Investment Limited, Ascott adalah operator penginapan terkemuka yang terintegrasi secara vertikal. Memanfaatkan jaringan luas pemilik pihak ketiga dan keahlian dalam pasar, Ascott meningkatkan pendapatan terkait biaya melalui kemampuan manajemen perhotelan dan manajemen investasinya. Ascott juga memperluas dana kelolaannya dengan menumbuhkan dana sponsor CapitaLand Ascott Trust dan dana swasta.


Share:

Thursday, 3 July 2025

Launching Novel Born - Sanghara: Novel Distopia Paska Apocalypse

 Jam 14.00 tepat, saya masih terjebak dalam kerumunan orang yang lalu lalang di trotoar Jalan Braga, mencari di mana letak Grey Art Gallery. Setelah mengecek di Google Maps, ternyata posisinya tidak jauh dari Jalan Kejaksaan. Sekali lagi, saya melirik jam yang tertera di layar HP. Semoga acaranya belum dimulai.

Fiuh, lega banget deh, setelah berhasil menemukan letak Grey Art Gallery ini. Saya sering lewat sini, tapi kok nggak ngeh, ya?

Di halaman gedung saya disambut panitia yang menunjukkan arah ke lokasi acara melalui tangga yang harus saya turuni. Jangan bayangkan kalau tempat ini adalah tempat yang gelap dan jadul. Meskipun ada di kawasan heritage, suasana artistik modern tetap saya dapatkan.


Venue acara yang digunakan di sini kurang lebih seperti amfiteater mini. Di salah satu sisinya ada celah terbuka yang membiarkan cahaya dari luar bisa masuk. Saya dibuat terpesona!

Tidak lama setelah mencari posisi yang nyaman, acara segera dimulai. Ah iya, walau agak telat sampai, saya bersyukur tidak ketinggalan pembukaan acaranya :)

Siang itu, Eva, salah satu dari penulis novel Born – Sanghara, membacakan penggalan dari novel itu:

Sebagai generasi yang hidup dalam ketakutan, kepalaku selalu dipenuhi tanya. Adakah masa depan? Namun ternyata cerita pun terus bergulir, bertualang dari satu tempat ke tempat lain dalam pengejaran. Buronan yang menyembunyikan identitas dari semua orang atas dosa menyalakan api kecil bernama harapan. Sanghara – sebuah perjalanan dari akhir dunia.

Opening yang nge-hook ini sudah memberikan petunjuk kalau novel Born – Sanghara ini adalah novel fiksi fantasi dengan tema distopia. Dunia di ambang kehancuran. Pikiran saya melayang-layang pada berita perang antara Iran dan Israel yang saling berbalas mengirim rudal. Kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia Ketiga sempat juga menghinggapi pikiran saya. Duh, jangaaan.

Proyek Kolaborasi 4 Penulis

Tadinya saya mengira kalau buku Born – Sanghara ini adalah proyek antologi. Tapi ternyata saya salah. Empat penulis yang terdiri dari Max Aditya M. Dimas Fani Praseetyo, Eva Sri Rahayu, dan Noviansyah Suhendar menulis novel ini dalam waktu 3,5 bulan. Novel ini menceritakan akhir dunia yang hancur setelah dilanda peperangan. Judul Sanghara ini sendiri diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti kehancuran.

Keempat penulis ini punya latar yang berbeda, tapi malah membuat ceritanya menjadi unik. Misalnya Max, yang dulu aktif di lingkungan budaya seni mahasiswa, punya latar belakang ekonomi dan menyukai musik blues serta rock & roll. Lalu ada Dimas yang menyukai mainan dan dunia miniatur. Latar dari Dimas ini juga turut berpengaruh dalam menggambarkan detail imajinatif seperti kaktus yang bermutasi dalam novel Sanghara.

Marwah, salah satu audiens yang membacakan imajinasinya dalam challenge mahluk mutan versinya

Saya sendiri mengenal Eva lewat novel-novel remajanya, dan kini sedang menggarap proyek fiksi fantasi Setra Sagara bersama timnya. Penulis keempat, yaitu Noviansyah, merupakan konten kreator musik sejak 2008 dan juga pernah menulis naskah untuk acara Ini Talk Show, Sketsa Trans TV, dan beberapa sitkom di televisi.

Dunia Setelah Perang Nuklir

Dalam novel ini diceritakan jika penduduk bumi hanya tersisa 30% saja. Seperti halnya satwa-satwa yang bermigrasi untuk mencari tempat yang aman, manusia pada masa ini juga berkumpul di satu pulau untuk bertahan hidup, meninggalkan daratan lain yang sudah tidak bisa dihuni lagi. Sayangnya, di sini mereka bukannya rukun memulai peradaban baru, tapi tetap melakukan peperangan untuk saling melenyapkan.

Jika minyak bumi jadi emas hitam primadona saat ini, pada masa itu air menjadi komoditas yang mahal. Frederick, penguasa tirani dari Praja, menguasai sumber kehidupan ini. Bahkan air hujan yang turun pun harus diolah lagi agar layak dikonsumsi. 

Teteh MCnya seru bikin betah ikutin acaranya 

Duh, kebayang kan gimana hidup tanpa air? Pernah nih, satu waktu aliran air di rumah saya mati. Air di bak habis, di torn pun tidak bersisa.  Rasanya tidak berkutik karena tanpa air tidak bisa beraktivitas :(  

Sambil nunggu kiriman air dari penjual jerigenan, saya ngajak adik numpang mandi ke masjid dekat rumah :).

Kediktatoran dari Frederick ini pun memicu revolusi yang dipimpin oleh Baldwin, Bennedict, dan Profesor Oza. Mereka memang berhasil menumbangkan tiraninya Frederick, tapi kemudian hilang arah, hingga ambisi Baldwin menghadirkan bencana baru berupa terciptanya makhluk mutan. Efek yang ditimbulkan menciptakan kengerian baru yang mencekam dan memantik revolusi baru.

Menjaga Kekompakan Agar Tetap Solid

Memang nggak mudah untuk menyatukan isi kepala yang berbeda. Dua orang saja sudah bikin mumet. Tapi Eva dan ketiga temannya tetap menjaga irama agar proyek penulisan Born – Sanghara ini tetap berjalan. And they did it!

Saya dan pengunjung dibuat senyum-senyum ketika salah satu penulis bercanda bahwa agar brainstorming tetap jalan, harus nunggu salah satunya yang belum bangun tidur. Saling percaya jadi kata kunci untuk menjaga kekompakan agar pengerjaan novel ini berjalan lancar.

Sesi book signing

Bagaimana ide bisa bermunculan pun menjadi unik — mulai dari lamunan di toilet sampai perjalanan di tol bisa menghadirkan ide yang dituangkan dalam novel ini.

Ssst... selain akan terbit buku kedua, novel ini juga akan divisualkan dalam bentuk film, lho. Can’t wait! Sambil nunggu lanjutan buku keduanya, buku kesatu dari Born ini wajib jadi salah satu bacaan teman-teman.

Good luck buat para penulis. Ditunggu buku keduanya. Jangan lama-lama, ya!







Share: