Tahun 2024 menyisakan beberapa hari lagi sebelum kita 2025 dan memasuki tahun 2025. Rasanya baru saja kemarin kita mengganti kalender. Tiba-tiba diingatkan lagi kita butuh kalender baru. Cepet banget ya waktu berlalu.
Biasanya pergantian tahun selalu identik dengan satu kata yang berulang. Resolusi. Sementara ini kita simpan dulu resolusi yang belum terwujud sambil rileks sebentar menikmati buah kerja keras kita setahun belakang ini. Gimana dengan ide Serenata Akhir Tahun yang berfokus kepada keanekaragaman budaya Indonesia khusus era dekade 80 an hingga 90an?
Buat anak 90an yang juga jadi pasar dari hotel ini, tawaran ini jadi ajang untuk bernostalgia kembali dengan masa-masa abg dulu. Ya enggak sih?
Saya senyum-senyum waktu Reza Renaldi yang juga Marcom Manager hotel ini menyebut Warung Gelael. Waktu saya sma sampai kuliah, Gelael adalah salah satu spot anak nongkrong hits di Bandung.
"Bisa jadi kita tuh udah duluan skena dibanding anak-anak gen-Z. Cuma beda waktu dan tempat aja."
Aaaah setuju hahaha
Serenata Akhir Tahun ini dihadirkan oleh de Braga ARTOTEL hotel sebagian program akhir tahun dari Artotel Wanderlust yang menghadirkan rangkaian acara berkonsep unik dan menarik dalam tiga bagian yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Wisata Lokal, Rasa Lokal dan Swara Lokal.
Terinspirasi dari Pandemi
Ngomongin soal wisata lokal, ada cerita unik yang melatari hotel ini yang dilatari dari pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Saat itut pandemi membuat ruang gerak kita jadi terbatas. Termasuk juga dengan aktivitas di hotel ini. Dengan pembatasan interaksi di ruang publik, otomatis jumlah kunjungan di hotel ini juga ikut terdampak.
Di sini nih poin pentingnya. Pandemi memang mengajarkan kita banyak hal. Tidak terkecuali juga dengan hotel de Braga dan kru di belakangnya. Karena sedikitnya kunjungan tamu saat itu, manajemen memutuskan untuk melakukan penghematan penggunaan listrik. Dari semua 14 lantai yang ada, hanya sampai lantai 5-6 saja yang digunakan. Pandemi bukan hanya mengajarkan efisiensi tapi uga kepedulian pada lingkungan.
Saat itu juga DLHK (Dinas Lingkungan Hidup & Kehutanan) mengalami kesulitan untuk mengakses hotel ini baik melalui rute Braga Asia afrika, atau pun viaTamblong. Yang terjadi kemudian, timbullah ide untuk mengolah sampah atau waste management oleh tim kitchen yang menghasilkan taman hidroponik dan komposit sendiri.
Ide inovatif dari hotel ini tidak berhenti sampai pembuatan hidroponik atau komposit saja. Bahkan manajemen hotelnya uga melakukan pembiasaan untuk memungut puntung rokok yang awalnya terasa berat. Seiring waktu, kebiasaan ini menjadi sesuatu yang sakral. Rasanya ada yang hilang kalau sampai kebiasaan itu tidak ada. Jadi semacam good habit yang punya pesan penting.
Hal yang sulit jadi mudah karena terbiasa.
Langkah lainnya yang dilakukan manajemen hotel adalah dengan menggambil kuota vaksin, 1-2, lalu menginisiasi penyediaan imboost 1-2. Kurang lebih tecatat 5.500 vaksin yang berstatus delivered dari hotel ini. Makanya ga heran kalau de Braga ARTOTEL punya mimpi jadi jadi green building hotel pertama di Bandung. Yeay, didukung pisan, 100%.
Nah tadi saya bilang kan kalau kebiasaan ini jadi terasa hilang kalau tidak dilakukan lagi? Untuk itu, pada akhir tahun ini manajemen hotel punya campaign unik. Tanpa mnganggu guest expereince, pihak hotel memberikan edukasi baru kepada tamu.
Caranya, dengan melatih tamu dan mendorong tamu untuk melakukan pembiasaan memisahkan sampah organik dan anorganik di masing-masing kamar. Nantinya akan disediakan wadah sampah yang menggunakan kantong plastik casava.
Saat tamu akan check out, wadah sampah ini akan dibawa sendiri oleh tamu dan dimasukan ke tempat yang tersedia lobi. Kompensasinya yang didapatkan sebagai apresiasinya adalah tamu akan mendapatkan special rate di periode tertentu pada saat kembali dan sebelum pulang nih, para tamu akan mendapat souvenir tanaman kuncup merah khas Bandung yang siap tanam di rumah tamu-tamu itu tadi.
Untuk tanamannya itu sendiri menurut GM de Braga ARTOTEL, Reza Farhan dihasilkan sendiri oleh tim de Braga. Tanaman ini beneran diproduksi sendiri, mulai dari pupuk, komposit dan disemai sampai diterima nanti oleh tamu-tamu yang menginap. Ketika dibagikan kepada para tamu, diperkirakan tingginya sudah mencapai 10 cm. Jadi inget lagunya Sheila on & Seven, ya? Memori Baiknya bakal nempel terus bagi para tamu.
Wisata Lokal
Selain pengalaman menginap tadi, dalam rangkaian Serenata Akhir Tahun, hadir juga paket wisata Lokal, menghadirkan room package dimana para tamu bisa langsung mendapatkan tiket menaiki Bandros berkeliling sekitar jalan Braga yang artistik sambil menikmati nuansa sejuk khas Bandung di bulan Desember. Gratis. Ini semua sudah satu paket dengan charge menginap yang sudah dibayar oleh tamu. Pastikan benefit ini untuk dinikmati sebagai pengalaman tur sejarah Bandung tempo dulu. Saya jamin bikin nagih dan kangen untuk repeat alias naik lagi.
Seperti juga pengalaman saya, walau naik Bandros ini bukan pertama kali, rasanya sayang banget untuk melewatkan pengalaman tur sejarahnya. Saya seperti diajak jalan-jalan menyusuri kawasan Braga sejak zamannya Daendels, atau bagaimana Ibu Inggit Garnasih secara sembunyi-sembunyi mengirimkan pesan rahasia kepada Soekarno yang dipenjara (Banceuy) melalui kode yang disimpan pada telur sampai urban legend di kota Bandung.
Pemandu tur kami waktu itu Teh Iis menceritakan semuanya dengan tuturnya yang lincah dan bodor khas orang Bandung. Rasanya enjoy banget, tah tau-tau ceritanya sudah selesai sampai kami kembali lagi ke halaman hotel de Braga.
Rasa Lokal
Untuk pengalaman kulinernya tersedia berbagai masakan khas Bandung dihadirkan seperti Soto Bandung yang legendaris, Bebek Rempah yang otentik, Sop Iga yang segar, Nasi Tutug Oncom, Carving Station dengan menu Paha Kambing Maranggi, BBQ Station ( sea food, ayam, cumi dan, beef) dan Children corener dan banyak lagii pengalaman kuliner yang menghipnotis lidah. Kenikmatan ini dilengkapi dengan kesegaran minuman seperti Es Timun Serut, Es Kunyit Asam, dan Es Markisa.
Dari Andri sebagai Chef FnB Manager pun menceritakan bagaimana welcome drink yang diberikan untuk tamu dimodifikasi sedemikian rupa. Jadi, walaupun es nya sudah habis, rasa dari minumannya tidak terasa hambar.
Khusus untuk pengalaman kuliner ini, de Braga membuka akses untuk pengunjung tanpa menginap. Hanya dengan membayar sebesar 350 ribu sudah include tax and service, semua menua kuliner di sini bisa kita dapatkan. Walau begitu, pihak hotel pun tetap mengingatkan kita untuk makan dengan porsi yang cukup sesuai kapasitas kita agar tidak menjadi sampah karena tidak habis disantap)
Swara Lokal
Seperti yang sudah saya kasih bocoran di awal. Di akhir tahun nanti, de Braga akan menghadirkan hiburan bertema dekade 90 diantaranya karaoke sukaria yang menghadirkan DJ Daffa, disko gembira oleh Barakatak, dan pertunjukan musik dengan penampilan dari Brownstone yang membawakan musik legendaris.
Keseruan ini semakin meriah dengan pesta kostum ala 80-90an yang mempesona. Semua kemeriahan Serenata Akhir Tahun bdeisa didapatkan dengan ngan paket Pesona Sukaria menginap 3 hari 2 malam seharga Rp. 2.750.000,-nett termasuk dinner Rasa Lokal dan menu Buffet.
|
Winny Herlina Director Sales de Braga ARTOTEL |
Tamu yang tidak menginap bisa ikut merasakan kemeriahan dengan paket dinner dan hiburan dengan harga Rp. 350.000,-nett.
Souvenir Lainnya
Melengkapi keseluruhan program Serenata Akhir Tahun, terdapat juga program Artotel Goods Gaya Nusantara yang berupa merchandise ekslusif bernuansa Nusantara hasil kolaborasi dengan seniman lokal, Mohammad Taufiq atau yang dikenal dengan Emte.
Beberapa item yang tersedia antara lain t-shirts dan eco friendly notebook dengan hiasan gambar unik merepresentasikan Nusantara itu sendiri. Khusus di program akhir tahun, Artotel Goods memberikan spesial potongan harga sebesar 15% untuk pembelian merchandise melalui aplikasi Artotel Wanderlust.